Dirinya

Jahat. Itu kata pertama yang terpikirkan dan selalu akan hadir, setiap kali dirinya melintas dalam pikiranku. Ya, walaupun kenangan-kenangan baik juga diciptakan, namun tetap saja, bayangan itu tidak dapat begitu saja diangkut pergi dari benak ini. Kalau ada cara untuk mengangkutnya, maka akan aku lakukan, dengan segera. Biar tidak membebani pikiranku dan melelahkan ragaku. Memang capek, tapi aku pun masih belum ada akal untuk mengangkutnya pergi. Iya, aku kehabisan ide. Sebenarnya aku tidak berdiam diri, aku berusaha membuangnya, namun semesta seperti tidak mengijinkanku dan hanya membiarkanku untuk menyimpannya saja, sebagai pelajaran terhadap apa yang aku perbuat, katanya.

Terkadang sesak rasanya, entah sudah berapa tetes air mata yang dijatuhkan dari mataku ini. Hari demi hari, semakin aku sadar, menjatuhkan air mata pun sia-sia. Tidak ada yang berubah, semua tetap sama. Aku pun menumpahkan semuanya pada sahabat terdekatku, dia memberi saran seperti sahabat-sahabat diluar sana. Aku berfikir tidak ada salahnya jika mencoba sarannya, lalu aku pun mencobanya. Semuanya berjalan baik-baik saja di awal aku mengikuti saran sahabatku ini, tetapi setelah beberapa minggu, bayangan itu mengapung kembali dalam benakku. Rasanya ingin aku menghilang, dari semua hal, karna memang keadaannya tidak nyaman.

Aku.............tidak ingin melihat dirinya menang. Memang egois, tapi melihatnya bersama orang lain, tertawa, bersenda gurau, membuat diriku percaya akan ketidakadilan yang tercipta diantara kami. Bahkan aku pun gelap pikiran, hingga pernah menginginkan dirinya mati, agar aku merasakan keadilan. Tapi aku bukan Tuhan, sangatlah tidak pantas menginginkan seseorang mati hanya karena masalah pribadi. Itu tidak dewasa dan tidak menghargai kehidupan juga.

Jadi sekarang aku belajar. Iya, belajar cara memaafkan. Bukan cuma memaafkan dirinya, tapi diriku. Sulit, sangatlah sulit untuk memaafkan seseorang yang biasanya mengisi hari-hari, tapi sungguh lebih sulit lagi memaafkan diri sendiri. Aku tidak ingin membawa luka hati ini kemanapun aku pergi. Capek. Aku capek membawa luka hati yang ibarat seperti sampah kemudian membusuk dan mengotori seluruh diriku. Tapi rasanya aku ingin berteriak di depan mukanya, aku ingin semuanya kembali. Tawaku, ceriaku, semangatku, semuanya yang telah dihancurkan olehnya. Sudahlah, aku tidak mungkin berharap lagi pada dirinya, semua sudah tidak mungkin terulang kembali. Aku harus bisa menguburkan semua memori jauh sampai ke inti bumi. Aku harus bisa memaafkannya, melepaskannya dan merelakannya. Memang berat, tapi aku harus dan aku bisa!


"Dear Liebling, you will always remember me and all the memories we've made will be remain on your head and your heart, even when you finally found your new love, you will always remember me. You will never forget the memories. You will always miss me. And someday you will find your way to come back home. Thank you for the memories" -Sincerely me

Comments

Popular Posts